my mbs fm

30 September 2010

[mencintai-islam] Bangun Malam Dan Shalat Tahajjud



Al-Qur’an Surat Al-Isyro’ (17) ayat 79. “Dan
pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah
tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.”





Dalam Wasiat-wasiat, Al-Syaikh Al-Akbar Ibnu Arabi
menasihati kita. Bunyinya, ketika turun ke langit dunia pada sepertiga terakhir
malam, Allah swt berkata, ''Sungguh berdusta orang yang mengatakan mencintai-Ku,
sementara ia tidur dan lalai kepada-Ku. Bukankah setiap kekasih ingin
berkhalwah dengan kekasihnya? Akulah yang mendatangi kekasih-Ku. Mereka
membayangkan-Ku di kelopak mata mereka. Mereka berbicara kepada-Ku dalam
musyahadah, dan bercakap-cakap dengan-Ku dengan khusuk. Di hari kemudian, Aku
tatapkan mata mereka pada surga-surga-Ku.''



Nasihat Sufi Andalusia, yang dijuluki Muhyiddin, ini mengisyaratkan agar kita
bangun malam, dan memanfaatkan sebagian malam itu untuk beribadah kepada Allah.
Nabi Muhammad saw bersabda, ''Hendaklah kalian menunaikan bangun malam, karena
bangun malam adalah kebiasaan orang-orang saleh sebelum kalian, yang bisa
mendekatkan kalian kepada Tuhan, pelebur kesalahan, penghalang dari dosa, dan
pengikis penyakit dari tubuh.'' (Imam Ahmad dan Tirmidzi). Dalam Islam, istilah
bangun malam disebut qiyaam al-layl.



Rasulullah juga berkata, ''Allah menyayangi seorang lelaki yang bangun malam
untuk salat, lalu membangunkan istrinya, dan istrinya pun ikut mendirikan
salat. Bila istrinya enggan, ia memerciki air ke mukanya. Dan, Allah menyayangi
seorang perempuan yang bangun malam untuk salat, lalu membangunkan suaminya,
dan suaminya pun melaksanakan salat. Jika suaminya menolak, ia menciprati air
ke wajahnya.'' (Imam Daud dan Ibnu Majah). Suami-istri itu, kata Nabi dalam
hadis yang dirawikan oleh Abu Daud dan An-Nasa'i, ditulis sebagai lelaki dan
perempuan yang berdzikir kepada Allah.



Lebih jelas, Allah menegaskan pentingnya bangun malam (QS 73: 1-9). HM
Thaba'thaba'i, dalam tafsir Al-Miizaan, menjelaskan bahwa yang dimaksud ayat
itu (qiyaam al-layl) adalah salat pada malam hari. Nabi berkata, ''Salat yang
terbaik setelah salat fardu adalah (salat) bangun malam.'' (Muslim).



Menurut Muhammad Abdullah Al-Khatib, dalam Qiyaam al-Layl: Penyegar Jiwa, kita
bisa memetik pelajaran dari ayat-ayat itu. Yaitu, agar kita selalu bangun malam
(salat), seperti Allah perintahkan kepada Nabi-Nya. Sebagian malam yang kita
gunakan beribadah kepada Allah akan mendatangkan pahala besar. Kita juga
dituntut
untuk membaca Alquran dengan tartil. Yaitu, membaca Alquran secara pelan dan
merenungkan makna dan kandungannya secara mendalam.



Bangun malam, kata Al-Khatib, merupakan salah satu standar untuk mengukur
cita-cita yang benar dan lurus, dan sebagai tanda dari jiwa yang besar.
Biasanya, bangun malam sangat berat dilakukan ketimbang bangun pada saat lain.
Bila kita sering bangun malam, maka kita akan terbiasa taat beribadah kepada
Allah, dan kita mampu membiasakan diri menanamkan keimanan dalam hati dan di
relung jiwa. Bangun malam untuk mengingat Allah dapat menciptakan pribadi
muslim yang tepercaya dan mewujudkan masyarakat yang disirami hidayah. - ahi

http://www.republika.co.id/berita/55307/Bangun_Malam

http://www.tahajjudcall.org
http://groups.yahoo.com/group/tahajjud_call/
»»

12 September 2010

Arti "Minal 'Aidin wal Faizin" bukan "Mohon Maaf Lahir Batin"


Ucapan ini: Selamat Hari Raya Idul Fitri, Taqobalallahu Minnaa wa Minkum, Minal ‘Aidin wal Faizin, Mohon Maaf Lahir Batin, merupakan ucapan yang biasa disampaikan dan diterima oleh kaum muslimin di hari lebaran baik melalui lisan ataupun kartu ucapan idul fitri. Ada dua kalimat yang diambil dari bahasa arab di sana, yaitu kalimat ke dua dan tiga. Apakah arti kedua kalimat itu? Dari mana asal-usulnya? Sebagian orang kadang cukup mengucapkan minal ‘aidin wal faizin dengan bermaksud meminta maaf. Benarkah dua kalimat yang terakhir memiliki makna yang sama?

Para Sahabat Rasulullah biasa mengucapkan kalimat Taqobalallaahu minnaa wa minkum di antara mereka. Arti kalimat ini adalah semoga Allah menerima dari kami dan dari kalian. Maksudnya, menerima amal ibadah kita semua selama bulan Ramadhan. Para sahabat juga biasa menambahkan: shiyamana wa shiyamakum, semoga juga puasaku dan kalian diterima.

Jadi kalimat yang ke dua dari ucapan selamat lebaran di atas memang biasa digunakan sejak jaman para Sahabat Nabi hingga sekarang.

Lalu bagaimana dengan kalimat: minal ‘aidin wal faizin? Menurut Quraish Shihab dalam bukunya Lentera Hati, kalimat ini mengandung dua kata pokok: ‘aidin dan faizin (Ini penulisan yang benar menurut ejaan bahasa indonesia, bukan aidzin,aidhin atau faidzin,faidhin. Kalau dalam tulisan bahasa arab: من العاءدين و الفاءيزين )

Yang pertama sebenarnya sama akar katanya dengan ‘Id pada Idul Fitri. ‘Id itu artinya kembali, maksudnya sesuatu yang kembali atau berulang, dalam hal ini perayaan yang datang setiap tahun. Sementara Al Fitr, artinya berbuka, maksudnya tidak lagi berpuasa selama sebulan penuh. Jadi, Idul Fitri berarti “hari raya berbuka” dan ‘aidin menunjukkan para pelakunya, yaitu orang-orang yang kembali. (Ada juga yang menghubungkan al Fitr dengan Fitrah atau kesucian, asal kejadian)

Faizin berasal dari kata fawz yang berarti kemenangan. Maka, faizin adalah orang-orang yang menang. Menang di sini berarti memperoleh keberuntungan berupa ridha, ampunan dan nikmat surga. Sementara kata min dalam minal menunjukkan bagian dari sesuatu.

Sebenarnya ada potongan kalimat yang semestinya ditambahkan di depan kalimat ini, yaitu ja’alanallaahu (semoga Allah menjadikan kita). Jadi selengkapnya kalimat minal ‘aidin wal faizin bermakna (semoga Allah menjadikan kita) bagian dari orang-orang yang kembali (kepada ketaqwaan/kesucian) dan orang-orang yang menang (dari melawan hawa nafsu dan memperoleh ridha Allah). Jelaslah, meskipun diikuti dengan kalimat mohon maaf lahir batin, ia tidak mempunyai makna yang serupa. Bahkan sebenarnya merupakan tambahan doa untuk kita yang patut untuk diaminkan.

Wallahu a’lam.
http://blog.al-habib.info/id/arti-minal-aidin-wal-faizin-bukan-mohon-maaf-lahir-batin/
»»

02 September 2010

Qowa'idul fiqhiyyah

Makna al qowai'd, secara bahasa, istilah dan secara fiqh.

1. KAIDAH PERTAMA : النية شرط لسائر العمل بها الصلاح والفساد للعمل An niyatu sartun lisairil 'amal biha sholaku wal fasadu lil'amal

Niat itu adalah syarat bagi semua amalan dalam ibadah dengan niat akan diketahui baik & buruknya amalan.

2. KAIDAH KEDUA الدِّينُ مبني على المصالح في جلبِها والدرء للقبائح Ad dinu mabniyun 'ala masholihi fi jalbiha wa dar ii lilqobaiihi

Agama ini bangun untuk kebaikan dan maslahat dalam penetapan syariatnya dan untuk menolak kerusakan.

3. KAIDAH KETIGA فإذا تزاحم عدد المصالحِ يُقدَّم الأعلى من المصالحِ

Jika dalam suatu masalah bertabrakan antara manfaat satu dengan yang lainnya maka di dahulukan & diambil manfaat yang paling besar / tinggi

4. KAIDAH KEEMPAT وضدُّه تزاحمُ المفاسدِ فارْتَكِب الأدنى من المفاس WADHIDDUHU TAZAKUMUL MAFASIDDI FARTAKABU ADNA MINAL MAFASIDI

Adapun lawannya jika bertabrakan antara mudharat satu dengan yang lainya maka diambil mudharat yang paling kecil dan ringan

5. KAIDAH KE LIMA ومن قواعد الشريعة التيسير في كل أمر نابه تعسير WAMIN QOWAI'IDIS SARI'ATIT TAISIRU FI KULLI AMRIN NAABAHU TA'SIR

Dan termasuk qaidah syari'ah adalah mudah dalam setiap perkara sebagai ganti dari kesulitan ( kesusahan )

6. KAIDAH KE ENAM وليس واجب بلا اقتدار ولا مُحَرَّم مع اضطرار WALAISA WAJIBUN BILAA IQTIDARIN WALAA MUHAROMUN MA'AADH DHOROR.

Tidak menjadi kewajiban jika tidak mampu mengerjakan dan tidak ada keharaman dalam keadaan darurat ( bahaya )

7.KAIDAH KE TUJUH وكل محظور مع الضرورة بقدر ما تحتاجه الضرورة Wa kullu mahthurin ma'ad dhorurohi bi qodri maa tahtaajuhu ad dhorurotu

Setiap hal yang dilarang itu di bolehkan jika dalam kondisi yang darurat, tetapi sesui dengan kadar yang dibolehkan saja untuk menghilangkan darurat itu.

8. KAIDAH KE DELAPAN وترجع الأحكام لليقين فلا يزيل الشكُ لليقين Wa turja'ul ahkamu lillyaqini falaa yuziilus sakku lillyaqini

Dan dikembalikan hukum itu kepada yang diyakini dan keraguan tidaklah membatalkan keyakinan itu.

9. KAIDAH KE SEMBILAN والأصل في مياهنا الطهارة والأرض والسماء والحجارة wal aslu fi miyahinaa at thohaarotu wal ardhu was sama'u wal hijaarotu

Hukum asal air tanah, langit dan batu adalah suci.

10. KAIDAH KESEPULUH الأصل في الأبضاع واللحوم والنفس والأموال التحريم al aslu fil abdho'i wal luhuumi wan nafsi wal amwaali at tahrim

Hukum asal dalam hal perkawinan ( kemaluan ), daging hewan dan jiwa/nyawa dan harta adalah haram.

11.KAIDAH KESEBELAS والأصل في عاداتنا الإباحة حتى يجيء صارف الإباحة Wal aslu fi 'aadaatinal ibaahati hatta yajii u sooriful ibahah

Dan hukum asal dalam kebiasaan ( adat istiadat ) adalah boleh saja sampai ada dalil yang memalingkan dari hukum asal.

12. KAIDAH KE DUA BELAS الأصل في العبادات التحريم Al aslu fil ibaadati at tahrim

Hukum asal ibadah adalah haram.

13. Kaidah ke tiga belas الوسائل تعطى أحكام المقاصد al wasailu tu'thii ahkamul maqosid

Semua sarana suatu perbuatan hukumnya sama dengan tujuannya ( perbuatan tersebut ).

Kaidah petama :

النية شرط لسائر العمل بها الصلاح والفساد للعمل
An niyatu sartun lisairil 'amal biha sholaku wal fasadu lil'amal

Artinya : niat itu adalah syarat bagi semua amalan dalam ibadah dengan niat akan diketahui baik & buruknya amalan.

وقد عبر بعض العلماء عن هذه القاعدة بعنوان آخر فقالوا: لا ثواب إلا بنية،
Ada sebagian ulama' mengemukakan qaidah ini dengan lafad & siya' ( susunan kata ) yang berbeda : yaitu : la sowaba illa binniyat ( tidak sah suatu amalan kecuali dengan niat )
Atau redaksi yang lain mengatakan ( jumhur ulama') : الأمور بمقاصدها، : al umuru bimaqosidiha
Segala sesuatu amalan tergantung niat & tujuannya

Penjelasan secara ringkas :

ذكر المؤلف هنا أن النية شرط لتصحيح العمل، والمراد بالنية القصد- يقال: نوى كذا بمعنى قصده، ويراد بالنية في الاصطلاح العزم على الفعل، فمن عزم على فعل من الأفعال قيل بأنه قد نواه، وبعض العلماء يعرف النية بأنها قصد التقرب لله - عز وجل - وهذا لا يصح؛ لأن النية على نوعين: نية صحيحة بقصد التقرب لله - عز وجل - ونية التقرب لغيره، وهذه أيضا من أنواع النيات، ولكل حكمه.
Pengarang ( as syeikh abdur rahman as sa'di ) menyebutkan di sini : bahwasanya niat merupakan syarat sah tidaknya suatu amalan, adapun yang di maksud niat adalah : a' qosdu ( tujuan & keinginan) jika di katakan : nawa kadha : artinya : madsud & tujuannya) adapun makna niat secara istilah :" al azmu 'alal fi'il ( berkeinginan kuat untuk mengerjakan suatu amalan ) maka barang siapa yang memiliki keinginan kuat untuk berbuat suatu amalan maka sudah di katakan itu dia telah berniat, dan sebagian ulama' menjelaskan arti niat maknanya : " berkeinginan & bertujuan mendekatkan diri kepada allah , dan ini kurang tepat , karena disana ada 2 kemunkinan : niat yang benar untuk mendekatkan diri kepada allah dan ada pula niat untuk mendekatkan diri kepada selain allah, dan ini juga termasuk niat , dan semuanya ada hukum dan perinciannya.


Dari qaidah ini ada 2 penjelasan yang pertama :
1.Dalil niat merupakan syarat amalan.
2. kedudukan dan fungsi niat.

Dalilnya dari hadist umar ibnu khotob :
وعن أمير المؤمنين أبي حفص عمر بن الخطاب قال: سمعت رسول الله يقول: إنما الأعمال بالنيات، وإنما لكل امرئ ما نوى، فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله فهجرته إلى الله ورسوله، ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها أو امرأة ينكحها فهجرته إلى ما هاجر إليه( متفق عليـــه )
Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.
(Riwayat dua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhori dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naishaburi dan kedua kitab Shahihnya yang merupakan kitab yang paling shahih yang pernah dikarang) .

وهذا الحديث حديث عظيم حتى قال طائفة من السلف، ومن علماء الملة: ينبغي أن يكون هذا الحديث في أول كل كتاب من كتب العلم؛ ولهذا بدأ به البخاري -رحمه الله- صحيحه، فجعله أول حديث فيه حديث إنما الأعمال بالنيات وإنما لكل امرئ ما نوى بحسب اللفظ الذي أورده في أوله.
وهذا الحديث أصل من أصول الدين، وقد قال الإمام أحمد: ثلاثة أحاديث يدور عليها الإسلام:
حديث عمر: إنما الأعمال بالنيات .
وحديث عائشة: من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد .
وحديث النعمان بن بشير: الحلال بين والحرام بين
Hadist ini merupakan hadist yang amat agung sehingga sebagian ulama' salaf berkata: " hendaknya hadist ini diletakkan diawal kitab dari kitab-kitab ilmu agama, karena itulah imam bukhari memulai menulis hadist dalam kitab shohihnya dengan hadist ini ( inamal a'malu binniyat ) sesuai lafad yang kami camtumkan diatas.
Dan hadist ini merupakan salah satu usul ( pondasi ) dari sekian pondasi agama, dan telah berkata imam ahmad : " tiga hadist yang berputar & di bangun di atasnya islam yaitu :
1 hadist umar RA ini : inamal a'malu binniyat. ( sesunggunya amalan tergantung niyatnya )
2yang kedua hadistnya aisyah RA : " barang siapa mengada-ada ( berbuat bid'ah ) suatu amalan dalam agama kami ( islam ) yang tidak ada contohnya ( dari rasulullah ) maka amalanya tertolak ( lihat arbai nawawi hadist ke 5 ) .
3. hadistnya nu'man bin basyir : sesunggunya halal telah jelas dan haram sudah jelas ( lihat arbain nawawi hadist ke 6 )

adapun kedudukan & fungsi niat adalah :
kedudukan niat adalah didalam hati tidak ada tuntunan dari rasulullah untuk menlafadkan niat & menjaherkannya, kecuali ibadah haji /umrah

fungsi niat adalah :
1. untuk membedakan amalan itu ibadah ataupun adat dan perbuatan biasa.
Misal : mandi , mandi ini adalah hal biasa, namun jika dilakukan dengan niat ibadah , maka mandi ini akan bernilai ibadah, misal mandi wajib, mandi sebelum ihram, mandi sebelum sholat jum'at, begitu juga orang berkumur-kumur kemudian mencuci muka dan tangan dan mengusap kepala serta kaki , kalo dilakukan habis bangun tidur dengan tujuan biar bersih maka ini adalah hal biasa bukan ibadah, namun jika di lakukan dengan niat wudhu maka inilah ibadah dsb.
2. untuk membedakan amalan satu dengan yang lainnya.
Misalnya: orang menjamak sholat dhuhur dan asar, keduanya dilakukan dalam satu waktu & sama-sama 4 raka'at , maka untuk membedakan ini sholat dhuhur & itu sholat asyar adalah dengan niat, atau misalnya : kita masuk masjid kemudian kita sholat 2 raka'at , ada kemunkinan kita melakukan sholat tahiyatal masjid atau sholat sunnah qobliyah ( sunnah rawatib ) untuk membedaknya adalah dengan niat dsb.
Dan dengan niat akan diketahui benar salahnya amalan itu, karena syarat ibadah selain niat adalah iklash dan mutaba'ah ( mengikuti sunnah nabi ) dan ibadah apapun harus memenuhi syarat ini, sedang iklhas ataupun tidak amalan tersebut juga tergantung niatnya , kalo niyatnya iklhas maka ibadahnya benar tapi kalo niatnya riya' maka ibadahnya salah.

Maka dari sini ada 4 kemungkinan dalam ibadah :
1. iklash yang sesui dengan syariat خالص ولموافق
2. iklash namun tidak sesui syar'iat خالص غير موافق
3. sesui syariat tetapi tidak iklash موافق غير خالص
4. tidak iklash dan tidak sesui dengan syariat غير خالص و غير موافق

dan dari 4 kemunkinan ini hanya yang iklas & sesuai syariatlah ibadahnya yang di benar .

sebagian Ayat dan hadist yang berhubungan dengan niat :
Allah telah berfirman :
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ( سورة البينة :5)
Dan tidaklah mereka disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus ( al bayyinah : 5 )
{ مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا (18) وَمَنْ أَرَادَ الْآَخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا (19) سورة الإسراء آية : 18-19 7:
17:18. Barang siapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahanam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.
17:19. Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik. ( al isra': 18-19 )
{ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا (سورة النساء آية : 114)
Dan barang siapa yang berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.( an nisa: 114 )

Rasulullah telah bersabda :
حديث معاذ - رضي الله عنه - أن النبي - صلى الله عليه وسلم - قال: " من غزا يريد عقالا، فإنما له ما نوى "
Hadistnya mua'd RA sesunguhnya rasulullah telah bersabda : " barang siapa yang berperang karena ghonimah maka baginya niat tersebut ( artinnya: dia tidak mendapat pahala karena niatnya untuk mendapat harta rampasan perang pent.)
وجاء في المسند أن النبي - صلى الله عليه وسلم - قال: " رب قتيل بين الصفين الله أعلم بنيته "
حكم الحافظ -رحمه الله- بأن الحديث ممن وثق رجاله، قال: رجاله موثقون،
Dan dalam musnad sesunggunya rasulullah SAW bersabda : sesungguhnya antara 2 kelompok yang berperang ( saling membunuh ) allah lah yang tahu niat dalam hatinya (al hafidh ibnu hajar menghukumi bahwasannya hadist ini rawinya terpercaya sebagaiamana beliau berkata : rijaluhu mausuqun.

وجاء في الحديث الآخر أن النبي - صلى الله عليه وسلم - قال: " ثم يبعث الله الناس على نياتهم
Dalam hadist lain dikatakan : "kemudian Allah membangkitkan manusia sesui dengan niatnya "



Kaidah kedua :

الدِّينُ مبني على المصالح في جلبِها والدرء للقبائح
Ad dinu mabniyun 'ala masholihi fi jalbiha wa dar ii lilqobaiihi

artinya :" agama ini dibagun untuk kebaikan dan maslahat dalam penetapan syariatnya dan untuk menolak kerusakan"
" ROBBI,..maafkan hamba yang tak pernah bisa MENJAGA LISAN dan HATI ini..!"

http://kumpulanhadistkumpulanhadist.blogspot.com

http://nadaahmad.blogspot.com
»»

30 August 2010

Mencari Malam 1000 Bulan (Lailatul Qadr)


Salah satu keistimewaan bulan Ramadhan adalah adanya satu malam yang lebih baik daripada 1000 bulan yaitu Lailatul Qadr. Apakah sebenarnya Lailatul Qadar ini? Kapankah datangnya? Apa tanda-tandanya? Mengapa orang mencarinya? Dan apa yang harus dilakukan ketika kita menemuinya?

Tulisan di bawah ini semoga bisa membantu dalam memahami lebih jauh tentang Lailatul Qadar dan bagaimana menyikapinya.

Pengertian Lailatul Qadr

Allah Ta ‘ala berfirman: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) saat Lailatul Qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah Lailatul Qadar itu? Lailatul qadar itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. “ (Al-Qadr: 1-5)

Allah memberitahukan bahwa Dia menurunkan Al-Qur’an pada malam Lailatul Qadar, yaitu malam yang penuh keberkahan. ”Sesungguhnya Kami menurunkannya (alQur’an) pada suatu malam yang diberkahi.” (Ad-Dukhaan:3) Dan malam itu berada di bulan Ramadhan, sebagaimana firman Allah Ta ‘ala: ”Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al- Qur’an. “ (Al-Baqarah: 185).

Ibnu Abbas -radhiallahu ‘anhu- berkata:

“Allah menurunkan Al-Qur’anul Karim keseluruhannya secara sekaligus dari Lauh Mahfuzh ke Baitul ‘Izzah (langit pertama) pada malam Lailatul Qadar. Kemudian diturunkan secara berangsurangsur kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sesuai dengan konteks berbagai peristiwa selama 23 tahun.”
Keistimewaannya

Malam itu dinamakan Lailatul Qadar karena keagungan nilainya dan keutamaannya di sisi Allah Ta ‘ala. Juga, karena pada saat itu ditentukan ajal, rizki, dan lainnya selama satu tahun, sebagaimana firman Allah: “Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (Ad-Dukhaan: 4)

Kemudian, Allah berfirman mengagungkan kedudukan Lailatul Qadar yang Dia khususkan untuk menurunkan Al-Qur’anul Karim: “Dan tahukah kamu apakah Lailatul Qadar itu?” Selanjutnya Allah menjelaskan nilai keutamaan Lailatul Qadar dengan firman-Nya: “Lailatul Qadar itu lebih baik dari pada seribu bulan.“

Beribadah di malam itu dengan ketaatan, shalat, tilawah, dzikir, do’a dsb sama dengan beribadah selama seribu bulan di waktu-waktu lain. Seribu bulan sama dengan 83 tahun 4 bulan.

Lalu Allah memberitahukan keutamaannya yang lain, juga berkahnya yang melimpah dengan banyaknya malaikat yang turun di malam itu, termasuk Jibril ‘alaihis salam. Mereka turun dengan membawa semua perkara, kebaikan maupun keburukan yang merupakan ketentuan dan takdir Allah. Mereka turun dengan perintah dari Allah. Selanjutnya, Allah menambahkan keutamaan malam tersebut dengan firman-Nya: “Malam itu (penuh) kesejahteraan hingga terbit fajar” (Al- Qadar: 5)

Maksudnya, malam itu adalah malam keselamatan dan kebaikan seluruhnya, tak sedikit pun ada kejelekan di dalamnya, sampai terbit fajar. Di malam itu, para malaikat -termasuk malaikat Jibril – mengucapkan salam kepada orang-orang beriman.

Dalam satu hadits shahih, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan keutamaan melakukan qiyamul lail di malam tersebut. Beliau bersabda: “Barangsiapa melakukan shalat malam pada saat Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. “ (Hadits Muttafaq ‘Alaih)

Adapun maksud qiyamul lail di dalamnya yaitu menghidupkan malam tersebut dengan shalat tarawih, sholat tahajjud, membaca Al-Qur’anul Karim, dzikir, do’a, istighfar dan taubat kepada Allah Ta ‘ala.
Waktu Terjadinya Lailatul Qadr

Tentang waktunya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Al-Bukhari, Muslim) Dan di kesempatan lain beliau bersabda: “Carilah Lailatul Qadar pada (bilangan) ganjil dari sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.” (HR. Al-Bukhari, Muslim dan lainnya).

Yang dimaksud dengan malam-malam ganjil yaitu malam dua puluh satu, dua puluh tiga, dua puluh lima, dua puluh tujuh, dan malam dua puluh sembilan.

Lalu kapan tanggal pasti lailatul qadar terjadi? Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah telah menyebutkan empat puluhan pendapat ulama dalam masalah ini. Namun pendapat yang paling kuat dari berbagai pendapat yang ada sebagaimana dikatakan oleh beliau adalah lailatul qadar itu terjadi pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan dan waktunya berpindah-pindah dari tahun ke tahun (Fathul Bari, 4/262-266). Mungkin pada tahun tertentu terjadi pada malam kedua puluh tujuh atau mungkin juga pada tahun yang berikutnya terjadi pada malam kedua puluh lima, itu semua tergantung kehendak dan hikmah Allah Ta’ala. Wallahu a’lam.

Para ulama mengatakan bahwa hikmah Allah menyembunyikan pengetahuan tanggal pasti terjadinya lailatul qadar adalah agar orang bersemangat untuk mencarinya. Hal ini berbeda jika lailatul qadar sudah ditentukan tanggal pastinya, justru nanti malah orang-orang akan bermalas-malasan.
Doa Ketika Menjumpai Lailatul Qadar

”Katakan padaku wahai Rasulullah, apa pendapatmu, jika aku mengetahui suatu malam adalah lailatul qadar. Apa yang aku katakan di dalamnya?” Beliau menjawab,”Katakanlah: ‘Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anni’ (Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah aku).” (HR Tirmidzi, Ibnu Majah)
Tanda-tanda Lailatul Qadar

1. Udara dan angin sekitar terasa tenang. Sebagaimana dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Lailatul qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan kebaikan, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar tidak begitu cerah dan nampak kemerah-merahan.” (HR Al Baihaqi)

2. Malaikat turun dengan membawa ketenangan sehingga manusia merasakan ketenangan tersebut dan merasakan kelezatan dalam beribadah yang tidak didapatkan pada hari-hari yang lain.

3. Manusia dapat melihat malam ini dalam mimpinya sebagaimana terjadi pada sebagian sahabat.

4. Matahari akan terbit pada pagi harinya dalam keadaan jernih, tidak ada sinar [yang menyilaukan]. Dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata, ““Malam itu adalah malam yang cerah yaitu malam ke dua puluh tujuh (dari bulan Ramadlan). Dan tanda-tandanya ialah, pada pagi harinya matahari terbit berwarna putih tanpa sinar yang menyorot.” (HR Muslim)
Bagaimana Menyikapi Lailatul Qadar?

Lailatul qadar adalah malam yang penuh berkah. Barangsiapa yang terluput dari lailatul qadar, maka dia telah terluput dari seluruh kebaikan. Sungguh merugi seseorang yang luput dari malam tersebut. Seharusnya setiap muslim mencamkan baik-baik sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Di bulan Ramadhan ini terdapat lailatul qadar yang lebih baik dari 1000 bulan. Barangsiapa diharamkan dari memperoleh kebaikan di dalamnya, maka dia akan luput dari seluruh kebaikan.” (HR. Ahmad 2/385)

Semoga bermanfaat.
»»

Angan-angan Yang Memperdaya



Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Masud, Rasulullah SAW suatu hari duduk-duduk santai bersama para sahabatnya. Utusan Allah ini lalu menggambar empat persegi panjang di atas tanah. Dari tengah empat persegi panjang itu, kemudian ia menarik garis lurus yang menjulur keluar, lalu memberi garis-garis kecil menuju garis di tengah tersebut.

Para sahabat memperhatikan gambar itu penuh tanda tanya. Suasana menjadi hening. Begitu selesai, Rasulullah SAW lalu menjelaskan, ''Ini, titik yang berada di ujung garis di tengah, adalah menusia. Sedangkan keempat garis persegi panjang adalah ajal yang selalu mengitari kehidupannya di dunia ini.''

Setelah itu nabi melanjutkan, ''Sedang garis lurus yang menjulur keluar adalah angannya yang indah dan menyilaukan, sementara garis-garis kecil adalah kejadian-kejadian yang selalu ia akan hadapi sepanjang hidupnya (seperti sedih, gembira, panas, lapar, dingin, sakit, sukses, gagal, untung dan bangkrut). Bila ia lolos dari yang satu, maka akan ditimpa oleh yang lain. Bila lolos dari yang terakhir ini, maka ia akan ditimpa oleh yang lainnya lagi. Demikian seterusnya.''

Inilah kehidupan dunia, semuanya bergerak sesuai sunnatullah 'hukum alam' yang tak bakal berubah. Hal yang perlu disadari lebih dalam adalah bahwa semuanya merupakan bentuk ujian yang akan menentukan kualitas kehidupannya di sisi Allah.

Namun, seringkali tujuan hidup seperti ini terhalang oleh kemilaunya angan-angan yang menyilaukan. Pada hakekatnya semua itu menjebak dirinya. Angan-angan untuk bisa hidup layak di masa mendatang seringkali menutup kesadaran manusia bahwa hidup ini, bagaimanapun lamanya, pasti dibatasi oleh keempat garis ajal. Secepat itu pula kesadaran akan adanya batas-batas moral dan hukum lenyap ditelan ramainya persaingan. Akhirya kedamaian dan kenyamanan hidup menjadi barang mahal yang tak sanggup dibeli oleh masyarakat.

Mungkinkah kewaspadaan terhadap kemilaunya angan-angan yang membius itu bisa menjadi penawar bagi kegersangan dan kegundahan hati, seperti yang dituntunkan oleh baginda Rasul kita? Semoga.
»»

Akibat Terlalu Fanatik


Juha, seorang bijak dari pedesaan Arab, sangat fanatik terhadap satu barang. Ia hanya memuji satu surban dan tidak mau membeli atau memakai surban lainnya untuk ganti.

"Surban ini sudah puluhan tahun melindungi kepala saya dari sengatan terik matahari, dari kepulan debu gurun dan dari gangguan-gangguan lainnya. Tak ada surban lain yang menandingi kemanfataan dan kebesaran jasa surban ini," kata Juha sesumbar.

Semua penduduk desa mengiyakan saja. Walaupun ada satu dua orang yang berbisik-bisik bahwa seharusnya Juha punya lebih dari satu surban.

"Surban sangat banyak. Masa tak ada satu pun yang mampu mengganti surban yang sudah kumal itu," gerutu mereka.

Gerutuan tersebut memang terbukti beberapa hari kemudian. Surban satu-satunya milik Juha itu hilang dicuri ketika dijemur.

Juha kebingungan. Ia terpaksa merelakan kepalanya dihantam terik matahari dan didera dingin angin, untuk sementara waktu sebelum ia menemukan surban yang kapasitasnya ia nilai seimbang dengan surbannya yang hilang.
»»

Gelar-Gelar Bagi Ramadhan

Gelar bulan ramadhan yang dapat menambah pengetahuan kita.

Bulan Ramadhan memiliki banyak gelar, sesuai dengan fungsi dan peranannya. Antara lain :

- Syahrul Ala-i (Bulan penuh kenikmatan dan limpahan karunia)
- Syahrun Najah (Bulan pelepasan dari adzab neraka)
- Syahrul Jud (Bulan kemurahan)
- Syahrul Muwasah (Bulan memberikan pertolongan kepada yang membutuhkan)
- Syahrur Rahmah (Bulan penuh rahmat Allah).
»»

Wasiat Allah Kepada Rasulullah



Nabi S.A.W., "Pada waktu malam saya diisrakkan sampai ke langit, Allah S.W.T telah memberikan lima wasiat, antaranya :

Janganlah engkau gantungkan hatimu kepada dunia kerana sesungguhnya Aku tidak menjadikan dunia ini untuk engkau.

Jadikan cintamu kepada-Ku sebab tempat kembalimu adalah kepada-Ku.

Bersungguh-sungguhlah engkau mencari syurga.

Putuskan harapan dari makhluk kerana sesungguhnya mereka itu sedikitpun tidak ada kuasa di tangan mereka.

Rajinlah mengerjakan sembahyang tahajjud kerana sesungguhnya pertolongan itu berserta qiamullail.

Ibrahim bin Adham berkata, "Telah datang kepadaku beberapa orang tetamu. Saya berkata kepada mereka, berikanlah nasihat yang berguna kepada saya, yang akan membuat saya takut kepada Allah S.W.T.

Lalu mereka berkata, "Kami wasiatkan kepada kamu 7 perkara, yaitu :

Orang yang banyak bicaranya janganlah kamu harapkan sangat kesedaran hatinya.

Orang yang banyak makan janganlah kamu harapkan sangat kata-kata himat darinya.

Orang yang banyak bergaul dengan manusia janganlah kamu harapkan sangat kemanisan ibadahnya.

Orang yang cinta kepada dunia janganlah kamu harapkan sangat khusnul khatimahnya.

Orang yang bodoh janganlah kamu harapkan sangat akan hidup hatinya.

Orang yang memilih berkawan dengan orang yang zalim janganlah kamu harapkan sangat kelurusan agamanya.

Orang yang mencari keredhaan manusia janganlah harapkan sangat akan keredhaan Allah daripadanya."
»»

Anak Kecil yang Takut Api Neraka


Dalam sebuah riwayat menyatakan bahwa ada seorang lelaki tua sedang berjalan-jalan di tepi sungai, sedang dia berjalan-jalan dia terpandang seorang anak kecil sedang mengambil wudhu' sambil menangis.

Apabila orang tua itu melihat anak kecil tadi menangis, dia pun berkata, "Wahai anak kecil kenapa kamu menangis?"

Maka berkata anak kecil itu, "Wahai pakcik saya telah membaca ayat al-Qur'an sehingga sampai kepada ayat yang berbunyi, "Yaa ayyuhal ladziina aamanuu quu anfusakum" yang bermaksud, " Wahai orang-orang yang beriman, jagalah olehmu sekalian akan dirimu." Saya menangis sebab saya takut akan dimasukkan ke dalam api neraka."

Berkata orang tua itu, "Wahai anak, janganlah kamu takut, sesungguhnya kamu terpelihara dan kamu tidak akan dimasukkan ke dalm api neraka."

Berkata anak kecil itu, "Wahai pakcik, pakcik adalah orang yang berakal, tidakkah pakcik lihat kalau orang menyalakan api maka yang pertama sekali yang mereka akan letakkan ialah ranting-ranting kayu yang kecil dahulu kemudian baru mereka letakkan yang besar. Jadi tentulah saya yang kecil ini akan dibakar dahulu sebelum dibakar orang dewasa."

Berkata orang tua itu, sambil menangis, "Sesungguh anak kecil ini lebih takut kepada neraka daripada orang yang dewasa maka bagaimanakah keadaan kami nanti?"
»»

27 August 2010

Antara Palestina dan India


Dengan menyamar sebagai manusia, malaikat maut si pencabut nyawa Nabi Sulaiman as yang sedang duduk-duduk bersama temannya. Sang malaikat menatap salah seorang di antara mereka dengan pandangan yang begitu tajam.

Hal itu menarik perhatian sebagian besar teman-teman Sulaiman. Setelah lelaki itu keluar majelis, mereka bertanya, “Siapakah orang tadi ya Nabiyullah? Kulihat dia terus-menerus memandangiku?” kata seorang teman Sulaiman.

“Dia itu malaikat Izrail pencabut nyawa,” katanya. Mendengar jawaban itu, lelaki yang bertanya itu hatinya menjadi kecut. Tubuhnya gemetar, keluar keringat dingin dari tubuhnya. Sia berpikir, tentu tidak lama lagi nyawanya akan dicabut dan meninggal.

Melihat perubahan mimik semacam itu, Nabi Sulaiman lalu menghibur temannya yang akan dijemput maut itu. “Ajal adalah kepastian bagi setiap makhluk. Hadapilah dia dengan tenang. Nah, sebelum kau meninggalkan dunia ini, adakah keinginan yang paling kau dapatkan selama ini?” tanya Nabi Sulaiman. “Ada,” jawabnya.

“Aku ingin dibawa terbang oleh angin dan dijatuhkan di negeri India agar aku bisa menghindari kedatangan malaikat mauts itu,” katanya.

Dia berpikir dengan melarikan diri jauh ke India, Izrail tak mampu mendatanginya dan mencabut nyawanya. “Baiklah, sekarang juga kau bisa menikmatinya,” kata Sulaiman.

Untuk mengabulkan permintaan temannya itu, Nabi Sulaiman segera memerintahkan pasukan angin untuk menerbangkan temannya itu jauh ke negeri India. Di India ternyata Izrail telah menunggu. Betapa terkejutnya lelaki itu melihatnya. Namun dia tak bisa berbuat apa-apa karena malaikat segera mencabut nyawanya sesuai yang ditugaskan Allah SWT. Matilah lelaki itu di India.

Setelah itu, malaikat segera mendatangi Nabi Sulaiman kembali ke tanah Palestina. “Kau datang lagi kawan? Dari mana kau?” tanya Sulaiman. “Dari negeri India,” jawab malaikat. “Dari India? Oh ya, mengapa engkau tadi memandangi teman dudukku?”

“Waktu itu aku sedikit kebingungan,” jawab malaikat. “Bingung, memangnya kenapa?” tanya Sulaiman.

“Aku diperintahkan Allah untuk mencabut nyawa orang itu di India, tetapi saat itu dia berada di Palestina di sampingmu. Padahal jarak antara Palestina dan India itu cukup jauh. Dan tidak mungkin di tempuh dalam waktu sekejap. Karena itu aku menjadi bingung dan meninggalkan majelis itu,” katanya.

“Lalu, apa yang kau lakukan teman?” tanya Sulaiman lagi. “Aku terus saja pergi ke India, karena tugas itu harus kulaksanakan di sana. Masya Allah, tiba-tiba dalam sekejap, lelaki itu sudah ada di sana. Maka kulaksanakan tugas itu dengan mencabut nyawanya di India. Alhamdulillah, aku telah bisa menyelesaikan tugasku dengan baik,” katanya.

Mendengar ucapan malaikat itu, Nabi Sulaiman hanya tersenyum. Memang kalu Allah sudah menkdirkan sesuatu kepada manusia itu, pasti terjadi. Soal ajal adalah sebuah kepastian. Manusia tak mampu sedikitpun menundanya atau mengajukan sedikitpun seperti teman Nabi Sulaiman itu. Wallahu a’lam. (Dari buku 50 kisah nyata)
»»